Post-Title 1

Description / Caption 1

Post-Title 2

Description / Caption 2

Post-Title 3

Description / Caption 3

Post-Title 4

Description / Caption 4

Post-Title 5

Description / Caption 5

Rabu, 18 September 2019

Galery Foto

Senin, 16 September 2019

ORANG TUA sebagai PENGASUH POSITIF


Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Saat si kecil tumbuh dan berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Anda begitu mencintai dan bangga kepadanya. Namun mungkin banyak dari kita para orangtua yang belum menyadari bahwa sesungguhnya dalam diri si kecil terjadi perkembangan potensi yang kelak akan berharga sebagai sumber daya manusia.


Banyak orangtua yang menganggap bahwa berbicara kepada anak yang sedang menghadapi masalah adalah dengan mengatakan sesuatu kepada anak. Sesungguhnya, lebih tepat kalau orangtua belajar untuk tidak berbicara dan sebaliknya harus mulai belajar mendengar. Dalam hal ini, jika orangtua lebih banyak berbicara, yang terjadi adalah orangtua melakukan hal-hal yang menjadi pembuntu komunikasi, yaitu memberi perintah, mengingatkan, sok moralis, memberi nasehat, menggurui, mengkritik, mengejek, menganalisis, memuji, membesarkan hati, mengusut, atau mengalihkan perhatian.

MAKNA IDUL FITRI BAGI SIKECIL


Hari raya Idul Fitri tiba. Bulan suci Ramadhan baru  saja kita tinggalkan. Yang tak kalah penting saat merayakan hari Lebaran adalah saling mengunjungi sanak keluarga atau lebih dikenal dengan istilah silaturahim. Dalam bahasa Arab, silaturahim berarti menyambung hubungan dengan saudara sedarah.
Lebaran atau Idulfitri, seringkali hanya menjadi ritual orang dewasa. Kekhusyukan atau kesyahduan berlebaran lebih banyak dirasakan oleh mereka yang sudah aqil baligh (dewasa secara agama). Idulfitri yang mengandung makna sebagai sebuah hari kembalinya kefitrahan manusia, hanya dipahami dan termaknai secara baik oleh mereka yang telah memiliki kemampuan pemahaman (nalar) yang tinggi.

“IBU” DIANTARA FITRAH DAN CITRANYA


Tangan ibunda adalah perpanjangan tangan Tuhan. Itu yang saya baca dari sebuah buku. Jika saya renungkan, memang demikian. Tangan seorang ibunda adalah perwujudan banyak hal : Kasih sayang, kesabaran, cinta, ketulusan.. Pernahkah ia pamrih setelah tangannya menyajikan masakan di meja makan untuk sarapan? Pernahkah Ia meminta upah dari tengadah jemari ketika mendoakan anaknya agar diberi Allah banyak kemudahan dalam menapaki hidup? Pernahkah Ia menagih uang atas jerih payah tangannya membereskan tempat tidur kita? Pernahkah ia mengungkap balasan atas semua persembahan tangannya?..Pernahkah..?